Cerita Nabi Ibrahim dan Ismail

AINUL FALAH
2 minute read
0


Ach Baidlawi Bukhari 


 Cerita Nabi Ibrahim dan Ismail adalah salah satu kisah penting dalam tradisi Islam yang mengandung banyak hikmah dan pelajaran. Berikut adalah ringkasan ceritanya:


### Latar Belakang Nabi Ibrahim dan Ismail

Nabi Ibrahim adalah seorang nabi yang sangat taat kepada Allah SWT. Ia sering disebut sebagai "Bapak Para Nabi" karena banyak nabi yang lahir dari keturunannya. Istri pertama Ibrahim, Sarah, belum memiliki anak hingga usia tua, sehingga Ibrahim menikah lagi dengan Hajar yang kemudian melahirkan Ismail.


### Perintah Allah untuk Meninggalkan Hajar dan Ismail

Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membawa Hajar dan Ismail yang masih bayi ke sebuah lembah tandus yang kemudian dikenal sebagai Mekah. Ibrahim meninggalkan mereka di sana dengan keyakinan penuh kepada Allah. Hajar berusaha mencari air dan akhirnya, dengan izin Allah, muncul mata air zamzam di bawah kaki Ismail.


### Perintah Pengorbanan Ismail

Ketika Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah melalui mimpi untuk mengorbankan putranya. Ibrahim menceritakan mimpinya kepada Ismail, dan dengan ketaatan yang luar biasa, Ismail bersedia untuk dikorbankan. 


Namun, ketika Ibrahim hendak melaksanakan perintah itu, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor domba. Ini adalah bentuk ujian terhadap ketaatan Ibrahim dan Ismail, yang mereka lalui dengan sangat baik. Peristiwa ini diperingati oleh umat Islam setiap tahun dalam perayaan Idul Adha, di mana hewan kurban disembelih sebagai bentuk ketaatan dan pengabdian kepada Allah.


### Pelajaran dari Kisah Ini

1. **Ketaatan dan Keikhlasan**: Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan ketaatan yang mutlak kepada perintah Allah, bahkan dalam situasi yang sangat sulit.

2. **Kepercayaan kepada Allah**: Kisah ini mengajarkan pentingnya memiliki kepercayaan penuh kepada Allah, bahwa Dia akan menyediakan jalan keluar dan pertolongan dalam setiap ujian.

3. **Pengorbanan dan Pengabdian**: Pengorbanan Ismail dan kesediaannya untuk dipersembahkan kepada Allah menjadi simbol pengabdian tertinggi yang diakui oleh umat Islam.


Firman Allah 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ - ١٠٢


Artinya: "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)